Rabu, 15 Juni 2016

Malamku, terjaga, menunggu

Malam terlalu malam untukku pulang, pagi terlalu pagi untukku membuka mata. Masih terjaga bersama sebatang rokok dan secangkir kopi berkecamuk dengan beribu imajinasi. Lelah masih hinggap mata ini tak juga terlelap.
Di warung kopi belakang kampus,
meja panjang masih terbentang. Tiga cangkir kopi tinggal sisa, dua piring kotor bekas roti bakar, dua bungkus rokok dan beberapa puntungnya, lima orang lelaki dan satu ladies. Masih bercerita, berbagi kisah kehidupan.
Kami dipertemukan karena alam, bukan suatu kebetulan tapi takdir Tuhan. Hingga kini semua berlanjut. Ini keunikan sebuah pertemanan, disinilah saat ku merasa jenuh, bersama mereka ku merasa bebas. Mereka memang tak pandai, tak juga piawai apalagi cendikiawan. Mereka apa adanya, sederhana dan tak banyak meminta. Ini lah salah satu rumahku di dunia kampusku, merekalah keluargaku di luar keluarga intiku. Tak sempurna tapi bermakna.